Rabu, 14 April 2010

Kedaulatan Rakyat - 05/04/2010 08:23:10

Musik ‘Kebebasan’ The Trees and The Wild

TAK ingin terkotak-kotakkan dengan satu jenis musik saja, band asal Jakarta The Trees and The Wild menyebut musiknya sebagai kebebasan. Membuat musik berdasarkan mood, awalnya hanya dengan format akustik karena hemat biaya. Namun, seiring kreativitas yang muncul, beragam unsur musik masuk dalam karya mereka. Hingga akhirnya, menghasilkan karya berbeda dan semua itu terangkum dalam album bertitle Rasuk yang rilis Mei 2009 lalu.
Membuat musik bersama sejak tahun 2006, band ini digawangi Andra B Kurniawan (gitar akustik, bass, backing vocal, perkusi), Iga Massardi (gitar, backing vocal, triangle, perkusi), dan Remedy Waloni (vokal, gitar akustik, perkusi, synth). Menurut Andra, mood tidak hanya muncul saat membuat lagu, tapi juga dalam hal penampilan di atas panggung. Karena itulah, kadang bisa tampil full set atau akustik. Jika ingin tampil yang sepi-sepi menggunakan format akustik. Sedangkan saat full set kadang ditambah string kwarted dan saxophone, dengan dibantu additional player.
“Dalam berkarya, kami menghindari zona aman, karena tidak akan membuat kami berkembang tapi stagnan. Untuk itu, kami terus mengeksplor dan peka terhadap beragam fenomena yang ada di sekitar. Mungkin ini pula yang membuat lagu kami menjadi beragam. Kami juga senang ketika setiap orang menginterpretasikan lagu secara berbeda,” jelasnya usai tampil di acara Fallentine #3: Hasta Manana, di Amphiteater TBY, Jumat (2/4).
Proses pembuatan lagu, lanjutnya, semua dikerjakan bersama-sama. Setiap orang mempunyai dan menghargai porsinya masing-masing. Jadi sistemnya seperti membuat Pekerjaan Rumah (PR). Selalu ada penambahan pada karya yang diciptakan dan tidak ada dominasi seseorang. Jika karya dirasa sudah enak didengarkan untuk semua player, berarti lagu tersebut siap diperdengarkan untuk umum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar